Rabu, 08 Mei 2013

DOMINASI GEREJA TERHADAP PENDIDIKAN EROPA PADA ABAD PERTENGAHAN (ABAD IV-XI)


     PENDIDIKAN GEREJA PADA ABAD PERTENGAHAN DI EROPA
Ada beberapa alasan yang mendasari pihak gereja menyelenggarakan suatu lembaga pendidikan, antara lain:
a.       Karena para anggota jemaat-jemaat pada zaman itu kebanyakan tuna aksara dan para pemimpin yang terdidik entah imam atau awam kurang sekali jumlahnya, gereja mengajar melalui penggunaan lambang-lambang. Demikianlah telah kita baca tentang lambang-lambang berupa Sakramen Baptisan dan Misa khususnya, drama agamawi, seni lukis/patung, buku naskah yang berhiasan, dan seni bangunan. Semuanya itu cenderung mendobrak hati indrawi warga jemaat ketimbang mendorong perkembangan pengetahuan dan pengertian mereka.
b.      Membangun atas keadaan tersebut isu pedagogis abadi mencakup ketegangan kreatif antara pemupukan perasaan misteri agamawi dan perkembangan bagian kognitif dalam diri para warga persekutuan Kristen. Ketegangan ini sangat peka bagi persekutuan Protestan Indonesia yang berasal dari suku-suku yang kaya dengan simbolisme agamawi. Di bawah pengaruh teologi Protestan yang mengutamakan pentingnya memperoleh pengetahuan serta memahami isinya, peranan simbolisme cenderung dikesampingkan. Namun, di dalam kehidupan iman mesti ada tempat bagi keindahan.
Pada Abad Pertengahan gereja memgembangkan sejumlah wadah pedagogis, tempat pelaksanaan pendidikan agama Kristen : jemaat itu sendiri, khusunya melalui kebaktian dan sistem sakramental, sekolah katedral, universitas, kesatriaan dan wadah pedagogis yang berlangsung dibawah naungan biara. Karena jaringan perhubungan terbatas sekali pada zaman itu, wadah-wadah pendidikan agama Kristen berasal dari berbagai titik geografis dan gerejawi dan bukan dari pusat tertentu, misalnya kepausan. Sudah barang tentu, mutu pendidikan yang dihasilkan dengan cara yang demikian tidak sama tingginya.
Keterlibatan kita dengan pengalaman Gereja Pertengahan mungkin membuka mata terhadaa sumbangan para pemikir sebagaimana mereka ini diwakili oleh enam orang saja. Dengan Karel Agung kita diperkenalkan dengan seorang awam berkuasa yang haus akan pengetahuan menjadi seorang pelajar teladan sebelum dia menyalurkan dana, sarana dana , sarana dan gereja demi kepentingan perkembangan para warga Kristen yang terdidik.
Raja Alfred dari Inggris memahami pentingnya sumber tertulis dalam bahasa daerah sebagai dasar bagi pendidikan. Dia tidak hanya memanfaatkan dana pembendaharaan Negara demi rencana darurat menerjemahkan buku-buku latin kedalam bahasa Inggris Kuno , dia sendiri berbuat demikian pula.
Rabanus Maurus dari Jerman mengajukan pertanyaan pokok dibidang pendidikan agama Kristen berupa pendidikan teologi. Apakah sudah cukup dalam pendidikan seorang calon pendeta kalau ia dilatih menjadi “ seorang tukang liturgi dan sakramen saja”, atau sebaliknya pendidikannya perlu mencakup vak-vak bukan teologis-teologis yang merupakan lingkungan luas tempat tugas berteologi berlangsung sebelum mempelajari vak vak teologis? Abelardus mendidik kita tentang kepentingan mengajukan pertanyaan sebagai dasar memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru. Dalam pengalamannya, belum ada jawaban mutlak sebagaimana nampak perbedaan pendapat di antara bapa-bapa gereja yang termulia.
Thomas Acquino ingin menolong para peneliti memperoleh jawaban yang tidak berdasarkan pendapat tokoh-tokoh berkuasa melainkan sebagai hasil usaha menjernihkan pemikiran. Sementara itu diperlihatkannya metode deduktif yang nampak dalam gaya mengajarnya. Bukan hanya itu saja. Dia menghargai juga peranan pernyataan dalam rangka mencari kebenaran teologis.
Gerson mengungkapkan bahwa, seorang pemimpin gereja terkemuka yang menjalankan keyakinannya bahwa tidak ada jabatan gerejawi yang lebih tinggi daripada mendidik anak-anak dalam iman Kristen. Berbeda dengan pendapat banyak rekan sekerjanya, pelayanan itu memperkaya martabat jabatan pelayanan Firman dan tidak meremehkannya.
Walaupun para pendidik besar merasa diri berhutang pada prestasi dan pemikiran yang dihasilkan oleh tokoh-tokoh gereja sepanjang abad, namun mereka tak terbelenggu oleh warisan itu. Mereka rela memprakarsai pendekatan yang berbeda yang mungkin akan turut memperkaya iman banyak warga seiman.
Pikiran ini, terimplementasi melalui teori yang dikeluarkan oleh Thomas Aquinas (1274 masehi) seorang ahli falfasah yakni "negara wajib tunduk kepada kehendak gereja". Thomas dapat disebut bayangan Aristoteles dalam hal cita-citanya. Ia mendasarkan ajarannya kepada ajaran Aristoteles, yang ketika itu datang kembali memepengaruhi dunia Eropa-barat melalui orang-orang Arab dengan sadurannya ke dalam bahasa arab oleh Averroes (Ibnu Rusyid), seorang ahli filsafat bangsa arab dan mahaguru di cordova dan Granada.
Thomas memeperterjemahkan karangan-karangan Aristoteles yang asli dengan diberi dasar nasrani. Ia merupakan tokoh terpenting dari aliran scholastic, yang menguasai abad ke-13 dan yang membawa kebudayaan nasrani kepuncak perkembangan. Aliran scholastic, artinya ajaran sekolah, membuktikan dengan dasar-dasar filsafah, bahwa tidak ada pertentangan antara kepercayaan dan akal.
Gerejalah yang kini menguasai pendidikan dengan tujuan mendapat kebahagiaan di alam baka. Kehidupan duniawi hanyalah sebagai landasan bagi hidup di alambaka. Apabila di masa yunani (lebih-lebih di Sparta) dan romawi orang tunduk kepada Negara maka kini tunduk pada gereja.
Kemudian pemikir lain yang mempengaruhi gereja dalam pendominasiaan pendidikan pada abad pertengahan adalah St.Augustinus yang jauh sebelum Thomas Aquino yaitu pada tahun 430 masehi. Agustinus, seorang ahli didik nasrani, dilahirkan di Tagaste, Afrika tahun 354. Ayahnya yaitu patricius, adalah seorang kafir (orang yang bukan beragama nasrani), sedangkan ibunya bernama Monica adalah seorang nasrani. Agustinus belajar pada sekolah rhetor, yang didirikan oleh orang-orang kafir di Kartago, Roma dan Milan. Pada umur 33 tahun dia beralih menjadi pemeluk agama nasrani. Tujuh tahun kemudian ia menjadi uskup di Hippo.
Ajaran Agustinus berupa panduan antara ajaran plato dengan ajaran nasrani. Seperti juga plato, agustinus mencita-citakan manusia berbudi. Iamenyatakan bahwa kebajikan berupa cinta yang mutlak kepada Tuhan akan tetapi plato mengajarkan bahwa kebajikan timbul dalam penguasaan akal terhadap kehendak-kehendak manusia.
Buku-bukunya yang terpenting, yang banyak artinya bagi pendidikan, adalah :
1.      Confessiones (pengakuan)
Confessiones memuat riwayat hidupnya sampai tahun 400. Tertera di dalamnya pengetahuan tentang jiwa, diantaranya uraian tentang daya ingatan, dan tentang ilmu mendidik. Dengan buku ini ia telah meletakan dasar bagi ilmu jiwa anak.
2.      Catechizandis rudibus (tentang pengajaran agama kepada yang belum memahaminya).
Dalam Catechizandis rudibus ia memberikan uraian selayang pandang mengenai ilmu jiwa pendidikan. Agustinus menganjurkan agar dalam mengajar terdapat kegembiraan, pilihan bahan yang baik, dan cinta terhadap anak, yang timbul dari cinta terhadap tuhan.
 kemudian Dante Alighieri (1265-1321) berpendapat kedua-dua kuasa itu hendaklah masing-masing berdiri sendiri,dan mestilah bekerjasama untuk mewujudkan kebajikan bagi manusia. Dalam paradigma abad pertengahan, dua wilayah agama dan dunia terpisah total satu dengan yang lain sehingga tidak ada peluang bagi ekspansi satu terhadap yang lain atau pembauran antar keduanya. Seorang manusia kalau tidak „melangit‟ haruslah„membumi‟, atau kalau tidak meyakini kekuasaan alam gaib terhadap segala urusan hidupnya, maka dia harus memutuskan hubungan secara total dengan Tuhan dan roh-rohkudus, dan jika dia menghargai jasmani dan urusan materinya maka dia bukan lagiseorang rohaniwan dan berarti telah memutuskan hubungan dengan Tuhan. Kata Augustine “siapapun yang mahir dalam kesenian, perang, dan filsafat adalah orang yang bejat dan sesat, karena dia berasal dari kota setan dimana kebahagiaannya tak lebih dari sekadar topeng yang menipu, dan keindahannya hanya merupakan wajah alam kubur”.Kota inilah yang tidak diterima oleh Tuhan dan fitrah manusia. Karena orang yangsombong dan angkuh adalah merupakan kepekatan hari dan orang yang memilikipengetahuan tentang segala yang harus diketahui oleh orang-orang terpuji. Dan ketikamelihat kota setan ini tenggelam ke dalam kesesatan dan kesombongannya, maka semuasudut kegelapannya akan terlihat.
Konsep diatas, dipertegas oleh Fritjof Capra yakni : “Para ilmuwan pada Abat Pertengahan, yang mencari-cari tujuan dasar yang mendasari berbagai fenomena,menganggap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan Tuhan, roh manusia, danetika, sebagai pertanyaan-pertanyaan yang memiliki signifikansi tinggi, jadi ilmu didasarkan atas penalaran keimanan”.
Dengan demikian, kerangka berpikir yang dominan pada abad pertengahan dan tekanan kuat para elit gereja yang menganggap dirinya pengawas tatanan yang menguasai duniadan telah menginterogasi ideologi para ilmuan dan menyeret mereka ke pengadilan serta menganggap kegiatan ilmiah sebagai campur tangan setan, kemudian faktor-faktor lain yang berada di luar pembahasan ini telah menjadi latar belakang munculnya Renaisansyang telah melahirkan teriakan protes terhadap kondisi yang dominan pada abadpertengahan.
Beberapa bapa gereja tersebut adalah Uskup Eusebius, St Ambrosius, St Jeremius danSt Agustinus. Karya Eusebius yang paling terkenal adalah sejarah gereja yang menjadiacuan bagi karya-karya sejarah perkembangannya gereja oleh generasi selanjutnya. StAmbrosius yang dikenal sebagai Uskup Milan memperkenalkan hymne liturgi ke gereja.St Jeremies menciptakan karya yang sangat penting bagi gereja. Karya tersebut adalahterjemahan kitab perjanjian lama dan baru ke bahasa Latin. St Agustinus adalah penulisdan pemikir terbesar di kalangan gereja Kristen di Eropa. Karya tersebut diantarannyaadalah Confessions(pengakuan-pengakuan), De Civitas dei, atau the city of God (kotaTuhan). Dengan perkembangan itulah agama Kristen berkembang dengan pesat didataran Eropa.
Sekolah-sekolah pertama yang didirikan :
1.      Sekolah Catechumeen (pendengar), mula-mula untuk orang dewasa yang menjadi pemeluk nasrani. Kelak, juga untuk anak-anak. Sangat berkembang pada abad ke 3.
2.      Sekolah episcopal, untuk pembinaan paderi.
Anak-anak yang cakap mendapat dididkan di tempat kediaman uskup-uskup. Disamping theology diajarkan ilmu pengetahuan keduniawiyahan.
3.      Sekolah catecheet (theoloog)
Ada beberapa fungsi sekolah ini, antara lain:
a.       Tempat mendidik theology
b.      Untuk memperluas pengetahuan. Disana diajarkan susastraan yunani, sejarah, ilmu ukur, ilmu alam, ilmu bintang, dialectica.
4.      Sekolah-sekolah kafir
Pada masa permulaan, disamping ketiga sekolah tersebut di atas, ada sekolah yang dinamakan sekolah-sekolah kafir. Karena sekolah-sekolah nasrani masih sedikit sekali, banyak dari orang-orang nasrani yang terpaksa masuk sekolah ini. Yang diajarkan di sekolah-sekolah rhetor di roma, disamping 7 seni bebas, juga pengetahuan hukum dan filsafat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar